HOME Back

Use the

Planning a Trip to Japan?

Share your travel photos with us by hashtagging your images with #visitjapanjp

[Blog] Romansa Musim Panas di Kyoto

Selalu ada kali pertama untuk Jepang. Sebab, Jepang tak pernah ada habisnya menawarkan pesona wisatanya, mulai dari destinasi, kuliner, budaya, hingga atraksi hiburan. Tahun lalu, adalah pertama kalinya saya menikmati serunya musim panas di Jepang.

 

 

Untuk pengalaman pertama ini, saya pun mengajak suami untuk memilih Kyoto sebagai destinasi musim panas. Khayalan duduk-duduk di tepi sungai di Gion sudah berseliweran dalam kepala sejak dahulu. Menyantap es krim dan kue mochi sambil berjalan-jalan di hutan bambu Arashiyama. Bersepeda keliling gang menuju Higashiyama.

Untuk mempermudah rute destinasi yang direncanakan, kami memilih penginapan di daerah Gion karena lokasinya yang strategis, tidak jauh dari berbagai atraksi wisata menarik di Kyoto. Kami tiba pada malam hari sehingga petualangan pun baru dimulai keesokan paginya.

 

Sungai Kamo

Kegiatan pertama yang ingin saya lakukan pada musim panas di Kyoto adalah piknik di tepi Sungai Kamo. Dari hotel, pagi-pagi kami menaiki bus nomor 205 dari Halte Shijo Kawaramachi dan turun di Karasuma Kitaoji. Perjalanan sekitar 20 menit dan dengan ongkos sebesar 230 yen (silakan merujuk ke situs web resmi untuk informasi terbaru*).

Rencananya kami akan mengunjungi Kafe Wife & Husband untuk membeli kopi serta camilan dan juga meminjam peralatan piknik yang disediakan untuk dibawa duduk-duduk bersama di tepi sungai. Sayangnya, pada hari tersebut Kafe Wife & Husband tutup sehingga kami beralih ke kedai kopi lainnya tak jauh dari situ. 

Betapa senangnya karena keinginan saya untuk menyesap kopi sambil menikmati hari yang cerah di Sungai Kamo telah tercapai. Apalagi, momen ini dilakukan bersama suami. Sungguh romantis memandangi sungai dan langit biru, juga mengamati orang-orang yang lalu lalang.

 

Kyoto Botanical Gardens

Setelah puas bersantai, kami pun menuju destinasi berikutnya, Kyoto Botanical Gardens. Lokasinya tidak jauh dari tempat kami piknik, sekitar 10 menit jalan kaki. Begitu tiba di gerbang, kita bisa membeli tiket di mesin yang tersedia. Tiket masuk kebun adalah 200 yen dan ekstra 200 yen lagi untuk memasuki area konservasi atau rumah kaca (silakan merujuk ke situs web resmi untuk informasi terbaru**). 

Dibangun pada 1924, Kyoto Botanical Gardens merupakan kebun raya tertua dan terlengkap di Jepang. Luasnya mencapai 240.000 meter persegi dan memiliki koleksi hingga 12.000 spesies tanaman. Karena begitu banyak taman yang menarik untuk dilihat dan rasanya bisa menghabiskan waktu seharian, kami memutuskan hanya ke rumah kaca dan rose garden.

Koleksi di rumah kaca sangat lengkap, bahkan ada pula bunga Rafflesia Arnoldii, tanaman endemis Indonesia, yang diawetkan. Setelah itu, kami berkeliling di rose garden dan takjub dengan keindahan koleksi mawarnya yang berwarna-warni. Saya pun langsung sibuk memotret semuanya.  

Sebelum pulang, kami menyempatkan ke kafe untuk mencoba es krim mawar yang pada saat itu seharga 500 yen lalu makan siang dengan udon. Sungguh siang yang menyenangkan dan kami siap meluncur ke destinasi berikutnya.

 

Gion

Terkenal sebagai distrik Geisha, pesona Gion tak pernah lekang dimakan waktu. Deretan machiya atau tea house di sana masih memancarkan daya tarik bagi pelancong yang ingin merasakan pengalaman minum teh kelas atas.

Selain itu, Gion juga terkenal sebagai pusat budaya dan seni tradisional di Jepang. Banyak pameran seni, juga pertunjukan Kabuki, yang tidak boleh dilewatkan apabila mengunjungi Gion.

Selain berjalan-jalan memandangi rumah-rumah tradisional di Gion dan mampir ke toko suvenir, kami juga mengunjungi salah satu kuil di sekitar. Kuil Shinto bernama Yasui Konpiragu ini sangat unik karena memiliki sebuah batu besar yang berlubang dan bisa dilewati manusia.

Masyarakat Jepang meyakini apabila mereka berdoa dan merayap melewati lubang tersebut, mereka dapat menangkal nasib buruk dan mendapatkan keberuntungan. Mereka juga menuliskan permintaan mereka pada kertas doa putih kemudian menempelkannya pada batu tersebut. Saya terkagum-kagum pada ritual unik ini karena baru pertama kali melihatnya.

 

Fushimi Inari

Menjadi salah satu kuil paling terkenal di Jepang, ciri khas Fushimi Inari merupakan deretan gerbang berwarna jingga yang disebut torii. Torii ini berjumlah hingga 10.000 dan terus menanjak ke Gunung Inari yang memiliki ketinggian 233 meter di atas permukaan laut. Konon, kuil Shinto ini dibangun pada 711, sebelum Kyoto menjadi ibu kota Jepang.

Sesuai namanya, kuil ini merupakan persembahan untuk Inari, dewa keberhasilan panen dan kesuksesan bisnis, yang disimbolkan dengan patung rubah (Kitsune) yang bertengger di mana-mana dan menjadi maskot Fushimi Inari. Selain itu, banyak perusahaan atau individu yang berdonasi membangun torii untuk melancarkan kemakmuran.

Torii selalu menjadi daya tarik utama turis yang mengunjungi Fushimi Inari dan untuk menghindari kepadatan, saya menyarankan datang lebih pagi agar bisa menikmati suasana lebih santai dan puas berfoto-foto. Torii ini akan semakin cantik dan menakjubkan warnanya saat tertimpa sinar matahari. Setiap melewati ribuan Torii ini saya merasa seperti berpindah ke Zaman Edo.

Selain berfoto-foto di antara gerbang jingga, jangan lupa membeli buah tangan rubah atau bisa juga membeli papan doa rubah. Kita bisa menuliskan keinginan kita kemudian menggantung papan tersebut di tempat yang tersedia di kuil. Bagi saya, Fushimi Inari adalah kuil terunik di Jepang dan menjadi favorit saya sehingga tak pernah bosan mengunjunginya berulang kali.

 

Kiyomizu-dera

Dari Fushimi Inari kami melanjutkan perjalanan ke Kiyomizu-dera dengan kereta Keihan Line. Dari pemberhentian di Stasiun Kiyomizu-gojo, kita masih harus berjalan kaki sekitar satu kilometer menuju kuil yang sangat terkenal dengan keindahannya ini.

Serunya, jalan kaki tidak akan terasa membosankan karena melewati Higashiyama, area toko dan kafe yang penuh dengan suvenir dan jajanan yang menggoda. Area berupa gang kecil yang berundak-undak ini juga cantik sekali untuk berfoto-foto.

Kiyomizu-dera atau berarti kuil air suci dibangun sejak 778 dan merupakan situs warisan dunia UNESCO. Uniknya, di kompleks kuil ini terdapat beberapa bangunan yang menjadi ikon Kyoto, salah satunya adalah pagoda bertingkat tiga yang tingginya melebihi 30 meter. Ia pun menjadi salah satu pagoda tertinggi di Jepang. Di sudut tenggara pagoda ini juga terdapat patung naga yang dipercaya sebagai dewa air yang melindungi pagoda dari api. 

Jika ingin memasuki area utama kuil yang memiliki teras kayu yang terkenal dengan pemandangan pohon Sakura dan Maple, pada saat itu, pengunjung harus membeli tiket masuk seharga 500 yen. Bersiaplah akan terpesona saat melihat pemandangan cantik pepohonan hijau khas musim panas karena posisi kuilnya yang berada di ketinggian. 

 

Arashiyama

Terkenal dengan hutan bambunya, Arashiyama tak pernah sepi pengunjung sepanjang hari. Bahkan, destinasi yang berada di sisi barat Kyoto ini sudah menjadi wisata alam sejak Periode Heian (794-1185). Sebelum memasuki area hutan bambu, kami senang berjalan-jalan di sekitar jembatan Togetsukyo, memandangi sungai dan perahu-perahu yang bersandar menunggu pengunjung. 

Sejauh mata memandang, hanya kesegaran dan kedamaian yang terpancar dari hutan alami di sini. Melanjutkan jalan kaki, kami melewati toko-toko buah tangan yang menawarkan berbagai kerajinan tangan bambu cantik. Ada pula toko camilan khas Kyoto dan yang tak boleh dilewatkan saat mampir ke Arashiyama adalah es krim matcha. Di area bernama Sagano ini juga terdapat banyak kuil kecil yang bisa didatangi.

Kami langsung menuju hutan bambu karena hari memang sudah sore. Menurut saya, waktu terbaik ke sini adalah paling pagi atau paling sore menjelang matahari terbenam karena pengunjung sudah berkurang. Benar saja, saat tiba di hutan bambu, selain terpana oleh kelestariannya yang tak luntur sejak saya ke sini pada tahun 2013 lalu, kami bisa jalan kaki dan menikmati suasana dengan lebih tenang.

Bisa dibilang, kalian belum pernah ke Kyoto kalau belum mampir ke Arashiyama. Ada banyak daya tarik lain yang bisa dilihat sepanjang perjalanan memutar kembali ke Togetsukyo, seperti taman-taman cantik khas Jepang.

Sambil menikmati es krim matcha favorit, saya dan suami bergandengan tangan menyusuri tepi sungai Hozu River yang magis. Matahari mulai turun dan memancarkan cahaya keemasan yang lembut. Kami terus berjalan hingga senja kian surut dan langit berganti jingga dan gelap seluruh. Ah, romansa musim panas di Kyoto, batin saya.

 

*Harga tiket bus Kyoto:
(https://www2.city.kyoto.lg.jp/kotsu/webguide/en/bus/howtoride_bus.html)
**Harga tiket masuk Kyoto Botanical Gardens:
(https://www.pref.kyoto.jp/en/02-02-10.html)


Informasi selanjutnya tentang Kyoto:
(https://www.japan.travel/id/destinations/kansai/kyoto/)
Informasi selanjutnya tentang Musim Panas di Jepang:
(https://www.japan.travel/id/guide/summer-guide/)

 

Cari

Categories

Tags

Authors

Please Choose Your Language

Browse the JNTO site in one of multiple languages